Perselingkuhan, Ngentot Dengan Kontol Gede Pengawal Pribadi

Posted by Unknown On Kamis, 08 November 2012 0 komentar
  Perselingkuhan, Ngentot Dengan Kontol Gede Pengawal Pribadi [ http://lokasibaca.blogspot.com/

Hallo para pembaca setia Cerita Dewasa, Setelah kemarin sempet posting Cerita Dewasa Perselingkuhan, Ngentot Dengan Kontol Gede Pengawal Pribadi sesi pertama, kali ini kita lanjutkan Cerita Dewasa Perselingkuhan, Ngentot Dengan Kontol Gede Pengawal Pribadi Sesi-2. Selamat Menikmati !!
Cerita Dewasa Perselingkuhan, Ngentot Dengan Kontol Gede Pengawal Pribadi Sesi-2
****
Setelah tepat sasaran, Pak Tambunan mulai menekan pantatnya hingga batang Kontol nya amblas tertelan Lubang Memek ku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan Liang Memek Nikmat ku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Pak Tambunan mulai menggenjot Lubang Memek ku dari arah belakang. Kembali terdengar suara tepukan crrrrokk…..crrroook ..... Crrrrrrok..... beradunya pantatku dengan tulang kemaluan Pak Tambunan yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur.

Kurang puas dengan jepitan Liang Memek Nikmat ku, kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Pak Tambunan. Kembali ia mengayunkan Kontol nya terus maju mundur teratur. Aku merasakan betapa jepitan Liang Memek Nikmat ku kian erat menjepit kemaluannya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakanya, tetapi tekanan tangannya terlalu keker untuk kulawan hingga aku pasrah saja. Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan Kontol Gede Pak Tambunan yang menghunjam ke dalam Liang Memek Nikmat ku.

Nafsuku mulai terbangkit lagi. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat Kontol Gede Pak Tambunan menggesek-gesek kelentitku.



"Ugh.. Ugh.. Uhh.." terdengar suara Pak Tambunan mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kemaluannya.
"Terushh.. Terushh Pak.. Terushh.. Ahh.." kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku.


Cerita Dewasa Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Pak Tambunan tetap menggerakkan kemaluannya dalam jepitan Liang Memek Nikmat ku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak. Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Pak Tambunan ini. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat persetubuhan pertama tadi. Tubuhku terasa loyo sekali. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi.

Pak Tambunan melepaskan batang Kontol nya dari jepitan Memek ku dan mengangkat tubuhku hingga posisi telentang. Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Pak Tambunan menindihku. Lubang Memek ku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan batang Kontol nya ke bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya batang Kontol nya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan Liang Memek Nikmat ku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.

"Pak Tambunan.. Hebatthh.." bisikku.
"Biasa Bu.. Kalau ronde kedua saya suka susah keluarnya.." demikian kilahnya.

Kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibir Pak Tambunan sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong mendorong sementara pantat Pak Tambunan kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan. Kulihat tonjolan urat di kening Pak Tambunan semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napas Pak Tambunan semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Pak Tambunan.

"Ugh.. Ughh.. Uhh.." dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangan Pak Tambunan menopang pantatku dan menggenjot Lubang Memek ku dengan tusukan-tusukan batang Kontol nya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan batang Kontol nya dalam-dalam ke dalam Liang Memek Nikmat ku dan Crotttttttsss.. Crrrrrottttttt.. Crott.. Crott.. Crrot.. Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan Peju nya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.

Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Kontol Gede Pak Tambunan yang masih kencang tetap menancap ke dalam Liang Memek Nikmat ku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan Kontol Gede Pak Tambunan tetap tertancap dalam Liang Memek Nikmat ku. Paginya kami sempat bersetubuh lagi sebelum Pak Tambunan pulang kembali ke kantor. Kami pun berjanji bahwa kami akan berlaku wajar seoalh-olah tidak terjadi apa-apa di antara kami.


Mulai Saling Merindu

Sudah hampir satu bulan sejak persetubuhanku dengan Pak Tambunan kami tidak melakukannya lagi. Hal ini disebabkan karena suamiku selalu berada di rumah dan aku juga sempat dinas luar sehingga tidak ada kesempatan bertemu secara bebas. Lama-lama aku merasa kangen juga dengan 'tongkat' Pak Tambunan. Aku sudah merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya.

Akhirnya kesempatan yang kutunggu-tunggu datang juga. Itulah yang namanya rezeki, tidak dapat dikejar dan tidak dapat pula ditolak. Kalau sudah waktunya pasti akan datang dengan sendirinya.

Hari Sabtu jadi kantor libur. Kebetulan pula suamiku sedang seminar di Jakarta dan pulang Minggu sore. Karena suntuk di rumah aku mencoba datang ke kantor siapa tahu ketemu dengan Pak Tambunan. Tetapi sesampai di kantor ternyata dia tidak ada. Selidik punya selidik ternyata Pak Tambunan sedang mengambil cuti tahunan, jadi ia libur selama satu minggu.

Terdorong kerinduanku aku memberanikan diri mendatangi rumahnya. Toh aku sudah biasa datang ke sana dan sudah kenal baik dengan istrinya. Setelah membeli biskuit dan gula serta susu buat bayinya aku meluncur ke rumahnya yang kalau kutempuh dari kantor kira-kira memakan waktu 45 menit. Lumayan jauh.

Suasana tampak sepi saat mobilku memasuki halaman rumah Pak Tambunan yang sudah sangat kukenal. Aku mengenal seluk beluk rumah itu, seluruh penghuninya dan tetangganya karena aku memang sering datang ke situ.

Setelah memarkir mobilku di samping rumahnya aku mencoba memanggil si penghuni rumah.

"Yu.. Yu Surti.. Ini aku Yuniar.." berulang ulang kupanggil nama istri Pak Tambunan, namun tidak ada jawaban.

Rumah tidak terkunci namun tidak ada orang. Aku lalu memutuskan untuk memutar ke belakang rumah siapa tahu mereka berada di kebun belakang rumah. Tetapi tidak ada orang satu pun di kebun belakang rumah. Namun sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah Pak Tambunan. Jangan berpikiran kalau kamar mandi di perkampungan sama seperti di kota-kota. Kamar mandi milik Pak Tambunan hanya dibatasi anyaman bambu tanpa atap, sehingga bila hujan selalu kehujanan dan kalau panas selalu kepanasan. Untungnya lokasinya berada di bawah pohon rambutan sehingga agak terlindung dari panas.

Kudengar suara parau mendendangkan lagu Dangdut yang tidak begitu kukenal. Aku memang tidak suka sama musik dangdut jadi kurang begitu kenal dengan lagu yang dinyanyikan dengan suara fals. Itu suara Pak Tambunan yang sangat kukenal di telingaku. Dengan rasa iseng kuintip Pak Tambunan yang sedang mandi lewat celah-celah anyaman bambu yang agak longgar. Kulihat tubuh Pak Tambunan yang kekar nampak mengkilat terkena busa sabun. Batang Kontol nya yang besar tampak menggantung dipenuhi busa sabun dan kelihatan lucu, seperti badut. Batang Kontol nya bergoyang-goyang seperti jam dinding kuno seiring dengan gerakan Pak Tambunan yang menyabuni tubuhnya.

Pak Tambunan yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku sudah duduk di bangku panjang yang terletak di beranda belakang rumahnya.

"Lho.. Bu Yuniar.. Sudah lama datangnya?" ia melongo seolah tak percaya dengan kedatanganku.
"Enggak baru saja sampai kok. Orang-orang pada kemana kok sepi?"
"Em.. Anu Bu Surti sedang ke Jawa menengok ibunya. Katanya ibunya kangen sama cucunya"
"Lho kok enggak bareng sama Pak Tambunan?"
"Enggak soalnya biar irit ongkosnya Bu. Silahkan masuk Bu.."

Aku pun masuk ke rumah melalui dapur dengan diiringi Pak Tambunan. Begitu pintu ditutup Pak Tambunan langsung memeluk tubuhku dari belakang. Diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.

"Saya.. Kangen sama Bu Yuniar.." bisiknya di telingaku. Aku sendiri juga kangen dengan Pak Tambunan. Kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan tongkatnya, tetapi aku tetap berpura-pura menjaga wibawaku.
"Ahh.. Pak Tambunan bisa saja.. Kan sudah ada Yu Surti.."
"Memang sih.. Tapi benar saya kangen sama Ibu.."

Tangannya bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba Pak Tambunan melepaskan tanganku dari batang Kontol nya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri. Dengan serta merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku dan menendangnya jauh-jauh.

Kini mulut Pak Tambunan sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku. Dikuakannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku. Dengan bersimpuh Pak Tambunan mulai menjilati labia mayoraku sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.

"Akhh. Terushh.. Ohh.." aku hanya bisa merintih saat lidah Pak Tambunan menyeruak ke dalam Liang Memek Nikmat ku yang sudah sangat licin.

Ditekankannya wajahnya ke selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam menyeruak ke dalam Liang Memek Nikmat ku. Aku semakin menggelinjang saat lidah Pak Tambunan dengan nakalnya mempermainkan kelentitku. Sesekali ia menyedot kelentitku dan mengosek-kosek kelentitku dengan lidahnya. Gila.. Tubuhku mulai mengejang dan perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan.

Pak Tambunan sudah tidak peduli dengan keadaanku yang kepayahan menahan nikmat. Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di ujung atas liang vaginaku. Akhirnya aku tak mampu menahan gempuran badai birahi yang melandaku. Tubuhku berkelojotan, dan mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuhku melayang.

"Akhh.. Terr.. Ushh"

Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik puncaknya dan kurasakan ada sesuatu yang meledak di dalam sana. Tubuhku melemas seolah tak bertenaga. Aku hanya bersandar dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi.

Pak Tambunan lalu berdiri di hadapanku.

"Bagaimana Bu..?" bisiknya di telingaku.
"Ohh.. Luar biasa.. Pak Tambunan hebb.. bathh" desahku.

Masih dengan posisi berdiri dengan aku menyandar dinding, Pak Tambunan menyergap bibirku lagi. Pak Tambunan menempatkan dirinya di antara kedua pahaku yang terbuka lalu dicucukannya batang Kontol nya ke Lubang Memek ku yang sudah sangat basah. Dengan tangannya Pak Tambunan menggosok-gosokkan kepala kemaluannya ke Lubang Memek ku. Tubuhku kembali bergetar. Aku mulai terangsang lagi, saat kepala kemaluan Pak Tambunan menggesek-gesek tonjolan kecil di Lubang Memek ku.

Dengan perlahan Pak Tambunan mendorong pantatnya ke depan hingga batang Kontol nya menyeruak ke dalam Liang Memek Nikmat ku.

"Hmmphh.." hampir bersamaan kami mendengus saat Kontol Gede Pak Tambunan menerobos Liang Memek Nikmat ku dan menggesek dinding liang vaginaku yang sudah sangat licin. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan saling melumat. Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantat Pak Tambunan. Pak Tambunan terus menekan dan mendorong pantatnya menghunjamkan batang Kontol nya ke dalam Liang Memek Nikmat ku dengan posisi berdiri.

Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba Pak Tambunan mencabut batang Kontol nya yang terjepit Liang Memek Nikmat ku. Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok. Dipentangkannya kedua kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya batang Kontol nya ke Lubang Memek ku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.

Kedua tangan Pak Tambunan meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju mundur. Batang Kontol nya semakin lancar keluar masuk Liang Memek Nikmat ku yang sudah sangat licin.

"Ughh.. Ughh.." kudengar Pak Tambunan mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak. Aku pun mengimbangi gerakan ayunan pantat Pak Tambunan dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor.

Napas Pak Tambunan semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku. Batang Kontol nya seperti kupilin dalam jepitan Liang Memek Nikmat ku. Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan Kontol Gede Pak Tambunan.

"Teruss.. Buu.. Terusshh" Pak Tambunan mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.
"Arghh.. Arghh.. Akhh.. Say.. Saya.. Keluarhh buu.." kudengar Pak Tambunan menggeram saat batang Kontol nya mengedut-ngedut dalam jepitan Liang Memek Nikmat ku.

Aku pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang menyongsong tusukan Pak Tambunan hingga batang Kontol nya melesak sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk mulut rahimku dan kurasakan ada semburan cairan hangat dari Kontol Gede Pak Tambunan di dalam liang vaginaku. Crat.. Crrtt.. Crutt.. Crtt.. Crott..!! Banyak sekali cairan sperma Pak Tambunan yang tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian menetes ke karpet kamar tidurnya.

Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangan Pak Tambunan memeluk dadaku dan batang Kontol nya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam Liang Memek Nikmat ku. Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur kumal yang biasa ditiduri Pak Tambunan dan istrinya.

Kami berbaring dengan Pak Tambunan masih memeluk tubuhku dari belakang. Kontol Gede Pak Tambunan yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari Kontol Gede Pak Tambunan. Aku tak tahu dengan kain apa Pak Tambunan menyeka Lubang Memek ku untuk membersihkan cairan sperma yang menetes dari labia mayoraku. Aku terlalu lemas untuk memperhatikan. Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah 'digempur' habis-habisan oleh Pak Tambunan.

Aku tidak tahu berapa lama aku telah tertidur di kasur Pak Tambunan. Aku tersadar saat ada sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik aku terkejut ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi adalah Kontol Gede Pak Tambunan yang sudah setengah ereksi. Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangiku dan tangannya memegangi batang Kontol nya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat aku terbangun, dengan serta merta Pak Tambunan memegang bagian belakang kepalaku dan menyodorkan batang Kontol nya ke mulutku. Aku menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori Kontol Gede laki-laki!! Gila.

Kurasakan ada sedikit rasa asin-asin yang agak aneh saat bibirku mulai mengulum Kontol Gede Pak Tambunan yang disodorkan padaku. Sedikit demi sedikit Kontol Gede itu semakin mengeras dalam kulumanku.

Beberapa saat kemudian Pak Tambunan membalikkan posisinya. Batang Kontol nya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap selangkanganku. Dipentangkannya kedua pahaku kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan kemaluanku. Aku semakin gelagapan karena merasa kegelian di selangkanganku sementara mulutku tersumpal Kontol Gede Pak Tambunan.

Aku ikut menyedot batang Kontol nya saat Pak Tambunan menyedot kemaluanku. Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi Pak wajah Tambunan menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkangi Pak Tambunan.

Aku semakin menggelinjang liar saat lidah Pak Tambunan mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang vaginaku. Aku tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal batang Kontol nya.

Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku. Pak Tambunan dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di Lubang Memek ku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labia mayoraku ke arah berlawanan. Aku tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan berkelejat seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam. Aku mengalami orgasme lagi dengan cepatnya.

Pak Tambunan masih membiarkan batang Kontol nya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah aku mulai dapat mengatur napasku, Pak Tambunan menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk. Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya batang Kontol nya ke Lubang Memek ku.

Dengan pelan aku menurunkan pantatku hingga Kontol Gede Pak Tambunan secara perlahan melesak ke dalam jepitan Liang Memek Nikmat ku. Aku menahan napas menikmati gesekan batang Kontol nya di dinding Lubang Memek ku. Setelah beberapa kocokan yang kulakukan akhirnya amblaslah seluruh Kontol Gede Pak Tambunan ke dalam Lubang Memek ku.

Kini aku duduk di atas perut Pak Tambunan yang setengah duduk dengan punggung diganjal bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangan Pak Tambunan mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek payudaraku.

Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini aku dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan Kontol Gede laki-laki yang menancap di Lubang Memek ku.

"Akhh.. Shh.. Terushh.. Pak Mar.. Sanhh" aku mendesis-desis saat Pak Tambunan ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua payudaraku hingga kedua putingku masuk ke dalam mulut Pak Tambunan. Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuan Pak Tambunan. Tubuhku kembali mengejat-ngejat dan seperti terhantam aliran listrik.

"Terusshh.. Terusshh.. Ouchh.." aku semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak. Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada Pak Tambunan.

Pak Tambunan lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang Kontol nya dari jepitan Lubang Memek ku. Bantal yang tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga gundukan kemaluanku semakin membukit. Aku yang sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan batang Kontol nya. Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa batang Kontol nya menusuk-nusuk Lubang Memek ku. Kedua tangan Pak Tambunan mengganjal bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk perutku.

"Ughh.. Ughh.. Putarrhh.. Buu.. Putarrhh ugghh.." kudengar Pak Tambunan mendengus memintaku memutar pantatku. Aku menuruti permintaannya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.

"Terushh.. Terushh ter.. Oughh!!" Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Pak Tambunan berkelojotan. Tubuhnya tersentak-sentak dan hunjaman batang Kontol nya serasa menghantam sangat dalam karena didorong sekuat tenaga olehnya. Batang Kontol nya berdenyut-denyut dalam jepitan Liang Memek Nikmat ku dan crott.. Crott.. Crott batang Kontol nya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam Liang Memek Nikmat ku. Aku merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam Lubang Memek ku. Nikmat sekali rasanya.

Tubuh Pak Tambunan masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam.

"Oughh.. Bu.. Yu.. Ni hebatthh" bisiknya di telingaku dengan napas yang masih ngos-ngosan. Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Batang Kontol nya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan Liang Memek Nikmat ku. Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih.

Hari sudah menjelang sore saat aku bangun dari kasur Pak Tambunan. Aku kaget saat mau kupakai celana dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang masih menempel. Rupanya tadi Pak Tambunan menyeka lubang vaginaku dengan celana dalamku! Sialan juga terpaksa aku tidak memakai celana dalam.

Dengan memakai celana dan baju atasanku aku keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan Lubang Memek ku dari sisa-sisa lendir sehabis persetubuhan tadi. Aku baru saja mau berdiri dan menaikkan celanaku saat tiba-tiba Pak Tambunan yang hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membanahi celanaku lagi-lagi Pak Tambunan merangsekku di kamar mandinya yang terbuka.

Diturunkannya lagi celanaku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya dengan gansa dan rakus menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku hingga gairahku mulai terbangkit lagi.

Melihat aku sudah dalam genggamannya dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang bulat. Batang Kontol nya yang sudah setengah keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang Kontol nya semakin terbanam di antara kedua belah buah pantatku. Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.

Setelah keras dicucukannya batang Kontol nya ke celah-celah sempit di gundukan bukit kemaluanku lalu digosok-gosokannya ujungnya ke alur sempit itu yang sudah mulai basah.

Sekali lagi kami bersetubuh dengan hanya menurunkan celana panjangku sebatas lutut dan Pak Tambunan menggenjotku lagi dengan posisi berdiri. Aku harus bertumpu pada bak mandi yang terbuat dari gentong tanah sambil setengah nungging sementara Pak Tambunan menggenjot dari belakang. Gila. Pak satpam satu ini memang gila! Bagaimana tidak ia punya dua 'tongkat', yang satu dapat membuat orang kesakitan sedangkan yang satunya dapat membuat orang merem-melek keenakan!

0 komentar:

Posting Komentar